Diucapkan Oleh Prof. Dr. Ir Sedijatmo Pada Hari Lustrum Institut Teknologi Bandung Pada Tanggal 2 Maret 1974 Di Bandung
Prof. Dr. Ir. Sedijatmo dan Ibu Supeni Sedijatmo SH, didampingi oleh, dari kiri kekanan: Rektor ITB Prof Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja, Promotor Prof. Ir. Soetedjo dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr. Syarief Thayeb.
yth. Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Bapak Gubernur Propinsi Jawa Barat
Para Anggauta Muspida Jawa Barat
Sdr2. Ketua dan Anggauta2 Senat Institut Teknologi Bandung
Para Guru Besar para Dosen dan Para Asisten,
Para Mahasiswa
Para Hadlirin Yth.
Pertama2 kami mengucapkan banyak2 terima kasih kepada Yth. Senat Institut Teknologi Bandung, yang memutuskan untuk memberikan penghormatan berupa Doctor Honoris Causa dalam Ilmu pengetahuan Teknik kepada kami atas dasar penilaian beserta kesimpulan dasar penilaian2 terhadap kemampuan dan perbuatan kami sebagai Insinyur, yang disampaikan oleh rekan kami terhormat Prof.Ir.Soetedjo sebagai promotor. Tak lupa kami pada kesempatan in juga mengucapkan banyak terima kasih kepada promotor kami dengan memperingatkan beliau kapada peribahasa Belanda “Men zal oogsten, wat men zaait” yang berarti "Orang akan panen hatsilnya dari benih yang disebarnya”. Sebagai manusia yang oleh Tuhan Yang Maha Esa diciptakan sebagai manusia yang bahagia dalam arti kata, mencintai bahkan terpesona pada profesinya, maka anugerah Doctor Honoris Causa tersebut merupakan tambahan beban kebahagiaan yang amat berat diatas pundak hatinya. Tetapi walau bagaimanapun menumpuknya kebahagiaan kami pada hari ini lebih bahagia bagi kami, apabila anugerah gelar Doctor Honoris causa tersebut dapat menjadi tauladan utama bagi para generasi muda, yang seperti kami, mencintai profesinya.
"Leringen weken,voorbeelden trekken" kata pepatah asing, yang berarti tulisan2,karangan29 symposiun dan seminar adalah perlu untuk menggugah perhatian manusia,tetapi tauladanlah yang dapat mendesak2 dan menariknya.
Insya Allah semoga demikianlah hendaknya.
Sebelum kami melanjutkan kata sambutan kami, maka kami ingin mengetengahkan sedikit verifikasi yang perlu dari Yth.promotor kami sebagai berikut:
Pertama, mengenai lama studi kami yaitu 3 tahun 8 bulan, bukan karena keterlambatan 8 bulan tapi 2 bulan, disebabkan keterlambatan dari pihak “ Departement van Onderwijs en Eredienst” dahulu, sedangkan lama studi bagi seorang insinyur sipil pada waktu itu adalah secara efektif resmi adalah 3 tahun 10 bulan, dan bukan 4 tahun.
Kedua bahwa sekalipun kami tidak pernah gagal dalam satu ujian tetapi juga hampir tidak pernah lulus tanpa ujian ulangan. Ini bagi kami dan untuk kami merupakan suatu pelajaran hidup, bahwa kemampuan atau kesanggupan seorang manusia dan kehendak Tuhan, pada hakekatnya hanyalah suatu sinonim belaka, seperti halnya dengan tingkah laku wayang dan kehendak dalangnya.
Hadlirin Yth.
Pada kesempatan Ini maka kami ingin menguraikan secara singkat pengalaman kami sebagai pencipta yang perlu untuk diketahui oleh para mahasiswa calon pencipta baik dibidang teknik ataupun seni rupa.Pada akhir bulan Juni th 1931 empat puluh tiga tahun yang lalu kami sebagai mahasiswa muda berusla 21 tahun harus menempuh ujian ulangan dalam ilmu pasti didalam salah satu kamar diruang gedung yang berwajah klasik timur ini.
Setelah selesai ujian dengan nilai cukup, tidak baik, tapi tidak juga jelek seperti yang kami ingini, maka kami memberanikan diri untuk menyampaikan pertanyaan kepada guru besar kami sebagai berikut: "Profesor, kalau ilmu teknik adalah ilmu yang rationil dangan tujuan rill dan berguna, apakah gunanya kami didalam waktu 90 menit penuh diuji kecakapan kami hanya didalam teori bilangan khayal tapi rill Itu beserta penggunaannya? Apakah Ini tidak Irrationil professor ?”
Setelah kami berdua untuk sejenak berhadapan muka diam bertutup mulut professor kami menjawab : "Saya tidak dapat menjawab pertanyaan tuan Sedijatmo, tetapi saya hanya memberitahukan, bahwa kalau tuan tidak memahami benar teori bilangan khayal maka tuan tidak akan menjadl Insinyur yang baik".
Bertahun2 kami tidak dapat melepaskan pernyataan yang untuk seorang mahasiswa muda, bernada sangat aneh itu. Setelah kami pada bulan Mei tahun 1934 hampir empat puluh tahun yang lalu mendapatkan diploma untuk Inslnyur sipil dan selanjutnya bekerja sebagai insinyur proyektan atau “designing engineer” pada kantor Pekerjaan Umum Mangkunegaran Solo, maka kami mulai Insaf setapak demi setapak pernyataan profesor kami itu besar sekali manfaatnya bagi kami.
Khayal, khayalan fantasi atau Imaginasi adalah kata2 yang tidak aneh, bahkan yang paling penting bagi seorang pencipta, sebagai seorang insinyur proyektan yang tugasnya sehari2 hanya mengkhayal tanpa menglamun itu.
Mengkhayal mempunyal tujuan tunggal yaitu melaksanakan cita2nya sampai berhatsil,sedangkan menglamun tidak. Memang saudara2, mengkhayal adalah buat seorang pencipta merupakan pekerjaan yang paling tinggi nilainya, dan bersifat rationil, karena mengkhayal berarti menggunakan intelek, yaitu “tophit”nya
ratio, dengan padat dan ketat sekalipun adanya.
Bahkan buat seorang pencipta, barang yang khayal , yang irriil itu adalah barang yang sesungguhnya, atau dalam bahasa asing: “ de idée is het enig ware” ( hanya idenya yang benar). Sebaliknya barang yang riil, barang yang terjadi atau terlihat hanya manifestasinya atau fatamorgananya saja. Sebagai mitsal, kalau kami melihat jembatan kereta api diatas kali Progo, maka kami tidak melihat dari besi yang berwarna putih alumunium itu, tetapi tampak didepan “ cremonanya”, selanjutnya bentuk dan system konstruksinya yang unik yang selalu kami kagumi sedari mahasiswa kami, pada waktu kami masih berusia 22 tahun, karena belum pernah tercipta sebelumnya diseluruh dunia. Dan akhirnya wajah penciptanya Prof. Ir. Bijlaard, guru kami yang menjadi tauladan bagi kami untuk menjadi pencipta.
Tegasnya saudara2, hanya barang barang khayal yang kami lihat sebagai seorang pencipta, tidak seperti seorang wisatawan yang melihatnya , yaitu barang dari besi berwarna putih yang melintas di kali.
Hadlirin yth.
Diatas telah kami utarakan adanya dua kekuatan spiritual yang ada pada kita semua yaitu imajinasi dan intelek, yang kedua2nya merupakan kekuatan rationil yang mutlak diperlukan oleh seorang pencipta. Kalau imaginasi dan fantasi adalah kekuatan yang menentukan tujuan dan arahnya, maka intelek adalah kekuatan yang membikin jalan kearah tujuannya. Tetapi membuka pintu gerbang dari tujuannya sendiri adalah diluar kemampuan otak manusia, tetapi yang timbul dari pusat hati sanubarinya dan bukan dari otaknya. Tegasnya kekuatan yang irrationiil, yaitu ilham dan intuisi.
Hanya kedua unsur itulah yang diperlukan oleh pencipta untuk mencapai tujuannya, yaitu satunya rationiil dan lainnya irrationiil. ini bukan teori ataupun hatsil dari studi, tapi hatsil dari pengalaman kami sendiri sebagai seorang pencipta. Betapa pentingnya intuisi bagi suatu penemuan yang baru akan kami jelaskan dengan sebuah pengalaman yang sangat mengesankan sebagai berikut:
Pada tahun 1954 kami, untuk pertama kalinya didalam sejarah hidup kami memintakan paten diluar negeri guna penemuan baru berupa pipa beton bertulang khusus guna pipa pesat untuk pusat listrik tenaga air dengan tekanan yang melebihi 10 atm atau tekanan air 100m dibikin di tempat.
Pertanyaan pertama yang disampaikan kepada kami dari bagian “Voorondezoek” dari “Oktrooiraad” di negeri Belanda adalah: “Waar ligt de goddelijke vonk in Uw uitvinding?” yang berarti: “ dimanakah letaknya Sinar Tuhan Yang maha Esa?”. Benar2 untuk pertama kalinya didalam hidup kami,kami diperingatkan adanya hubungan langsung antara teknik dan Tuhan, yang bahkan dipergunakan untuk menilai apakah penemuan yang baru itu juga sudah dapat dianggap patentable atau belum! Tanpa ragu2 kami mengetahui bahwa apa yang disebut sebagai “goddelijke vonk” atau Sinar Tuhan itu adalah apa yang kami sebut diatas sebagai intuisi atau ilham kekuatan batin yang “ transsendent” tetapi juga yang “immenent” yaitu dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kata yang lebih popular pertanyaan tersebut diatas dapat dikatakan “ Waar ligt het el van Colombus?” atau” Dimanakah letak telur Colombus?”, yaitu barang “sepele” tertutup bagi mata intelek, karena intelek dengan menggunakan cara berpikir yang dinamakan logika, terdiri dari dua premises dan satu kesimpulan, hanya dapat mengambil satu kesimpulan dari data2 atau premise2 yang telah diketahui kebenarannya.
Tetapi untuk mencari atau mendapatkan suatu idée atau gagasan yang benar2 baru sama sekali, maka intelek adalah “impotent”!
Inilah sebabnya baik dinegara terbelakang, maupun dinegara yang paling termaju didunia, orang tidak pernah mampu untuk mendirikan suatu sekolah untuk pencipta atau “ School for inventors”, karena meski banyak calon muridnya, tetapi tidak ada gurunya yang tahu apa yang akan diajarkannya.
Hadlirin Yth.
Diatas kami telah jelaskan betapa pentingnya ketiga kekuatan spiritual atau batin, seperti imajinasi, intelek dan intuisi itu.
Tetapi ketiga kekuatan tersebut belum dapat menjamin bagi tercapainya tujuan yang di cita2kannya tanpa adanya kekuatan batin lainnya yang selalu mendorong hati sanubari pencipta, melintasi segala rintangan, hambatan bahkan ejekan dan bahkan cemoohan,sampai mencapai keinginanya yaitu realisasi dari yang diimpi2kannya! Kegiatan batin tersebut adalah apa yang dinamakan inspirasi yang bersifat irrasionil pula.
Adapun bentuk dari Inspirasi tersebut adalah macam2 tak dapat di cari2 bahkan timbul dari luar kemauan manusia!
Bagi Leonardo da Vinci umpamanya adalah Mona Lisa Gioconda, seorang wanita cukup mesra berusia 30 tahun yang menjadi inspirasinya yang pada akhir musim semi tth. 1505 setelah bekerja 3 tahun dapat menghasilkan salah satu lukisan yang termashur didunia. Dan anehnya bahwa keindahannya tidak dapat kami lihat dengan mata, tetapi dapat kami rasakan jauh didalam hati, karena terpesonanya pelukis kenamaan tersebut.
Hadlirin Yth.
Diatas telah kami uraikan berkat pengalaman hidup kami sendiri sebagai seorang pencipta, bahwa ada dua unsur kekuatan batin yang menjiwai dan handayani manusia, yakni unsur yang rationil dan unsur yang irrational, masing2 imajinasi bersama intelek dan intuisi bersama inspirasi.
Berasal dari sumber kekuatan utama Yang Sempurna yaitu Tuhan Yang Maha Esa, maka janganlah sekali kali kedua unsur itu dipertentangkan satu sama lain seperti oleh orang barat, khususnya di Eropa, pada abad 17 sampai abad 19, antara gembong2 pandangan rationalism seperti Descartes, Spinoza dan Leibniz disatu pihak dengan gembong2 pandangan irrational Schopenhauer, Nietsczche dan Bergson dilain pihak.
Juga ahli filsafat sejarah kenamaan bernama Toynbee dari Inggris di jaman modern ini adalah salah satu raja dari pandangan pertentangan itu, yaitu mitsalnya antara “challenge” dan “response” ataupun antara “withdrawal” dan “response” , khusus mengenai perubahan2 didalam sejarah dunia.
Oleh karena itu tidaklah aneh, bahwa umumnya banyak orang, terutama dikalangan ilmu exakta ataupun teknologi segan, bahkan malu mengakui adanya unsur irrational yang mempunyai peranan penting, bahkan peran yang menentukan, khusus bagi seorang pencipta baik insinyur maupun seniman.
Kami pribadi tidak setuju dengan pandangan pertentangan tersebut diatas. Menurut kami unsur rationil dan unsur irrational merupakan satu manifestasi dari suatu gerak ritme, gerak gelombang, gerak getaran yang merupakan gerak hidup atau gerak harmoni dari segala sesuatu yang hidup. “Alle schlepping en alle onstaan is irrational”
Disini dapat kami tambahkan : “Pengasuhan, pengembangan dan penyempurnaan adalah perbuatan sebaliknya, yaitu rationil”,
Jelaslah bahwa mencipta dan pengembangan atau menyempurnakan yang telah dicipta adalah merupakan perbuatan yang ritmis , yang harmonis atau yang hidup, sedangkan irrationalisme dan rationalism adalah tidak lain daripada ombaknya atau pasang surutnya dari gerak hidup, gerak ritme atau gerak harmoni itu.
Maka tidaklah secara kebetulan , bahwa gerak pasang surut , gelombang atau getaran dinamakan gerak harmonis atau “ harmonische bereging” nota bene didalam ilmu pasti tinggi.
Selanjutnya ritme atau harmoni adalah keserasian atau keselarasan. Dimanalah letaknya pertentangan didalam gerak hidup yang serba serasi itu, seperti yang dikehendaki Tuhan? Menurut kami hanya didalam gagasan atau tangapan dari yang menanggapinya, karena gagasan atau tanggapan, demikian pula kepercayaan, mempunyai daya cipta atau “schappins-vernogen”dalan bahasa asingnya.
Oleh karena itu, seorang pencipta dapat mencipta karena daya cipta dari gagasan atau kepercayaannya. Ini berarti kalau ditinjau dari segi filsafat yang mendalam semua sifat dari apa yang dilihat adalah ciptaan dari yang melihat, tegasnya semua penilaian adalah relative, yaitu terjalin erat dengan tanggapan dari yang menilainya, dan “Algemene relitiviteite-theorie” dari Prof Einstein tidaklah pada hakekatnya berbeda dari filsafat tersebut.
Inilah tanggapan kami terhadap “issue2” yang dilancarkan oleh beberapa tokoh dari generasi muda, mitsalnya dalam tahun tujuhpuluhan yang lalu, seakan–akan ada suatu “gap” atau pertentangan yang tak teratasi antara generasi muda dan generasi tua.
Kami sebagai unsur dari generasi tua merasa berasal langsung dari generasi muda lihat sungguh tidak sebaliknya. Dan yang berasal langsung dari generasi tua adalah generasi anak2 atau generasi bayi, bukan generasi muda.
Kalau generasi muda adalah “bunga bangsa” maka menurut kami generasi tua adalah “buah bangsa”. Adakah gap antara buah dan bunga? Tidak! Yang ada adalah perbedaan atau kelainan yang ditanggapi sebagai “gap” dan oleh karena itu benar benar akan menjadi “gap” atau garis pemisah yang tidak terlintasi. Kalau tanggapannya tidak dirobah atau di ”relativisasikan” menjadi perbedaan biasa,yang dengan suatu musyawarah dapat diserasikan atau diatasi guna kelangsungan harmoni bangsa.
Hadlirin Yth.
Khususnya para mahasiswa calon penciptawan dan ciptawati.
Sebagai kata2 penutup kami ingin menyampaikan pesan2 sebagai berikut. Diatas telah kami uraikan dengan padat singkat bahwa kamu sebagai manusia oleh Penciptanya yaitu Tuhan Yang maha Esa dianugerahi empat kekuatan spiritual yaitu imajinasi, intelek, intuisi dan inspirasi, yang ditambah dengan instink, yang bekerja selalu diluar kesadaran manusia, merupakan “senjata lima serangkai” atau “aji2 panca sona” yang ampuh.
Gunakanlah senjata itu dengan bekerja sungguh2 tekun dan gairah tanpa pamrih. ketahuilah bahwa suatu pekerjaan yang kamu kerjakan dengan kesungguhan , ketekunan dan kegairahan hati tanpa pamrih, adalah pekerjaan yang oleh Tuhan Yang Maha Esa diberikan kepadamu dan tidak kepada orang lain.
Kamu akan sukses karena Tuhanlah yang mendampingi kamu selalu. Adapun tauladan yang paling utama bagi seorang karyawan atau ciptawan yang “ sepi ing pamrih rame ing gawe” adalah bunga melati yang menghamburkan gandanya kesemua penjuru angin tanpa pandang bulu siapa yang menikmatinya. Bahkan ditengah tengah hutan sonya yang sepi manusia, bunga melati tidak akan lupa menjalankan tugasnya dengan tertib tak bicara.
Pesan kami terachir adalah: tenangkan hatimu, karena orang tenang tidak menjauhkan diri dari perlindungan Sang Murbeng Dumadi, atau insinyur seniman Yang Maha Sempurna, Yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sekian, terima kasih.